Tuesday, February 9, 2016

Paham Asy' ariyah (Aswaja Palsu)

No comments:

Paham Asy’ariyyah adalah Cucu Paham Jahmiyyah ?
Al-Imaam Abul-Qaasim Al-Laalikaa’iy rahimahullah membawakan riwayat dengan sanadnya sampai pada Al-Imaam Muhammad bin Idriis Asy-Syaafi’iy rahimahullah sebagai berikut :

“Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Husain bin Ahmad bin Ibraahiim Ath-Thabariy, ia berkata : Aku mendengar Ahmad bin Yuusuf Asy-Syaalanjiy berkata : Aku mendengar Abu ‘Abdillah Al-Husain bin ‘Aliy Al-Qaththaan berkata : Aku mendengar ‘Aliy bin Al-Husain bin Al-Junaid berkata : Aku mendengar Ar-Rabii’ berkata : Aku mendengar Asy-Syaafi’iy berkata : ‘Barangsiapa yang berkata lafadhku dengan Al-Qur’an atau Al-Qur’an dengan lafadhku adalah makhluk, maka ia seorang Jahmiy (penganut paham Jahmiyyah)’.

Perkataan ini juga diriwayatkan dari Abu Zur’ah dan ‘Aliy bin Khasyram” [Syarh Ushuul I’tiqaad Ahlis-Sunnah wal-Jama’ah oleh Al-Laalika’iy, hal. 354 no. 599, tahqiq : Ahmad bin Mas’uud Al-Hamdaan; desertasi S3 Univ. Ummul-Qurraa].
‘Aliy bin Ahmad bin Yuusuf Al-Hakkaariy rahimahullah juga membawakan perkataan Al-Imaam Asy-Syafi’iy di atas dengan sanad Al-Laalika’iy sebagai berikut :

“Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Nashr Ahmad bin Al-Khidlr Al-Faariqiy dan Abul-Hasan ‘Aliy bin Al-Husain Al-‘Ukbariy, mereka berdua berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Abul-Qaasim Hubatullah bin Al-Hasan bin Manshuur Al-Faqiih Ath-Thabariy Asy-Syaafi’iy rahimahullah : Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Husain bin Ahmad Ath-Thabariy, ia berkata : Aku mendengar Ahmad bin Yuusuf Asy-Syaalanjiy berkata : Aku mendengar ‘Aliy bin Al-Husain bin Al-Junaid berkata : Aku mendengar Ar-Rabii’ bin Sulaimaan berkata : Aku mendengar Asy-Syaafi’iy radliyallaahu ‘anhu berkata : ‘Barangsiapa yang berkata lafadhku dengan Al-Qur’an atau Al-Qur’an dengan lafadhku adalah makhluk, maka ia seorang Jahmiy (penganut paham Jahmiyyah)” [I’tiqaad Asy-Syaafi’iy oleh Al-Hakkaariy, hal. 23, tahqiq : Al-Barraak].
Inilah ‘aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah.
Selanjutnya, saya akan mengajak Pembaca budiman untuk membandingkan dengan perkataan Al-Baijuriy – seorang pembesar madzhab Asy’ariyyah – dalam kitab Hasyiyyah Al-Baijuriy ‘alaa Jauharit-Tauhiid dalam permasalahan yang sama. Ia berkata :
“Madzhab Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah menyatakan bahwa Al-Qur’an dengan makna al-kalaamun-nafsiy (yaitu : yang berasal dari diri Allah ta’ala) bukanlah makhluk. Adapun Al-Qur’aan dengan makna lafadh yang kita baca, maka ia adalah makhluk. Akan tetapi terlarang untuk dikatakan : Al-Qur’an adalah makhluk - yang dimaksudkan dengannya adalah lafadh yang kita baca, kecuali dalam konteks pengajaran. Karena, perkataan tersebut bisa disalahartikan bahwa Al-Qur’an dengan makna kalam-Nya ta’ala (al-kalaamun-nafsiy – Abul-Jauzaa’) adalah makhluk. Dengan alasan itulah para imam melarang terhadap perkataan Al-Qur’an adalah makhluk” [hal. 160].

“Kesimpulan (dari pembicaraan ini), bahwa setiap nash yang nampak dari Al-Qur’an dan As-Sunnah menunjukkan huduutsul-Qur’aan (maksudnya : kemakhlukan Al-Qur’an – Abul-Jauzaa’) dibawa pada pengertian lafadh yang terbaca, bukan pada al-kalaamun-nafsiy. Akan tetapi tetap terlarang untuk dikatakan : Al-Qur’an adalah makhluk, kecuali dalam konteks pengajaran sebagaimana yang telah lalu (penyebutannya)” [hal. 162].
Jika demikian, bukankah perkataan Al-Baijuriy di atas – yang ini banyak diikuti oleh kaum Asy’ariy dahulu maupun sekarang – dapat diklasifikasikan sebagai perkataan Jahmiyyah ?. Tentu saja dengan catatan bahwa kita menganggap ‘aqidah Al-Imaam Asy-Syaafi’iy merupakan representasi dari ‘aqidah Ahlus-Sunnah.
Kembali saya bawakan i’tiqaad Al-Imaam Asy-Syaafi’iy sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Imaam Al-Baihaqiy rahimahumallah :

وقد ذكر الشافعي رحمه الله ما دل على أن ما نتلوه في القرآن بألسنتنا ونسمعه بآذاننا ونكتبه في مصاحفنا يسمى كلام الله عز وجل وأن الله عز وجل كلم به عباده بأن أرسل به رسوله صلى الله عليه وسلم

“Dan telah disebutkan oleh Asy-Syafi’iy rahimahullah keterangan yang menunjukkannya bahwa apa yang kita baca di dalam Al-Qur’an dengan lisan-lisan kita, kita dengar melalui telinga-telinga kita, dan kita tulis di dalam mushhaf-mushhaf kita; semua itu dinamakan Kalamullah ‘azza wa jalla (bukan makhluk – Abul-Jauzaa’). Dan bahwa Allah ‘azza wa jalla telah berbicara dengannya kepada hamba-hamba-Nya melalui pengutusan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [Al-I’tiqaad wal-Hidaayah ilaa Sabiilir-Rasyaad oleh Al-Baihaqiy, hal. 108, tahqiq : Ahmad bin ‘Ishaam Al-Kaatib, Daarul-Aafaaq, Cet. Thn. 1401, Beirut].

Semoga tulisan singkat ini dapat memberikan tambahan pengetahuan kita tentang apa dan bagaimana ‘aqidah Asy’ariyyah itu…..

Sunday, February 7, 2016

Faham Asy'Ariyah yang mendarah daging di Nusantara

No comments:

(ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak)

Setelah kita menelusuri sosok Imam Abul Hasan al-Asy’ari, ternyata beliau adalah salah seorang ulama Ahlus Sunnah, bahkan dengan tegas beliau menyatakan berakidah seperti akidah al-Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal t.
Sekarang masih ada satu pertanyaan yang perlu kita jawab, yaitu Benarkah Asy’ariyah termasuk golongan Ahlus Sunnah wal Jamaah?
Untuk menjawab masalah ini kita harus mengetahui hakikat kelompok ini dan pemikiran-pemikirannya.

Siapakah Asy’ariyah?
Kelompok Asy’ariyah adalah kelompok yang mengklaim dirinya sebagai Ahlus Sunnah dan menganut paham al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari t.
Benarkah pengakuan mereka? Karena banyak yang mengaku dirinya sebagai Ahlus Sunnah, padahal akidahnya jauh dari akidah Ahlus Sunnah.
Allah l berfirman:
“Datangkanlah bukti kalian, jika kalian orang-orang yang benar.” (al-Baqarah: 111)
Kata pepatah Arab:
Semua orang mengaku sebagai kekasih Laila
Padahal Laila tidak mengakui mereka sebagai kekasihnya

Sejarah Munculnya Paham Asy’ariyah
Telah kita ketahui bahwa bibit pemikiran Asy’ariyah muncul ketika Abul Hasan al-Asy’ari mengkritisi pemikiran Mu’tazilah ayah tirinya yakni Abu Ali al-Jubba’i, padahal itu terjadi jauh setelah masa generasi utama berakhir, bahkan setelah zaman Imam Ahlus Sunnah al-Imam Syafi’i t.
Berarti, di zaman sahabat, tabiin, tabiut tabiin, bahkan di zaman al-Imam Malik, Abu Hanifah, dan al-Imam Syafi’i, belum ada yang namanya paham Asy’ariyah. Telah kita ketahui pula bahwa Abul Hasan al-Asy’ari sendiri telah rujuk dari pendapatnya, menegaskan bahwa beliau di atas akidah al-Imam Ahmad bin Hanbal t.
Jadi siapakah panutan Asy’ariyah, jika imam yang empat saja tidak mengenal paham mereka?!

Sumber Ilmu Asy’ariyah
Asy’ariyah adalah satu kelompok ahlul kalam, yakni mereka yang berbicara tentang Allah l dan agama-Nya tidak berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah, mereka mengutamakan ra’yu (akal) mereka dalam membahas perkara agama. Oleh karena itu, kita akan mendapatkan penyimpangan mereka dalam ber-istidlal (pengambilan dalil).
Di antara prinsip mereka yang menyimpang dalam berdalil:
1. Dalil-dalil sam’i adalah dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah mutawatir, bukan hadits-hadits ahad, karena hadits ahad bukanlah hujah dalam masalah akidah.
Ar-Razi berkata dalam Asasut Tadqis, “Adapun berpegang dengan hadits ahad dalam mengenal Allah l tidaklah diperbolehkan.”
2. Mendahulukan akal daripada dalil
Hal ini telah disebutkan oleh al-Juwaini, ar-Razi, al-Ghazali, dan lainnya
Sebagai contoh: Ar-Razi menjelaskan dalam Asasut Taqdis, “Jika nash bertentangan dengan akal maka harus mendahulukan akal.”
3. Nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah dhaniyatud dalalah (kandungannya hanya bersifat kira-kira), tidak menetapkan keyakinan dan kepastian.
4. Menakwil nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah tentang nama-nama dan sifat Allah l.
5. Sering menukil ucapan falasifah (orang-orang filsafat), ini kental sekali dalam kitab-kitab mereka sepeti Ihya Ulumudin.
(Lihat Ta’kid Musallamat Salafiyah, Mauqif Ibnu Taimiyah Minal Asyairah)

Penyimpangan-Penyimpangan Asy’ariyah
Allah l menjelaskan bahwa jalan kebenaran hanya satu, Allah l berfirman:
“Dan inilah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia.” (al-Anam: 153)
Rasulullah n menjelaskan bahwa jalan tersebut adalah jalannya dan jalan yang telah ditempuh para sahabatnya, beliau n bersabda:
“Umatku terpecah menjadi 73 golongan: 72 di neraka dan 1 yang selamat. Mereka adalah al-jama’ah.”
dalam riwayat lain:
”(mereka adalah yang berjalan) di atas jalanku dan jalan sahabatku.” merekalah Ahlus Sunnah wal Jamaah, Ahlul Hadits.
Ketika Asy’ariyah menyelisihi jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah maka mereka pun terjatuh dalam penyimpangan-penyimpangan dalam prinsip agama.
Di antara penyimpangan mereka:
1. Dalam masalah tauhid
Asy’ariyah menyatakan tauhid adalah (sekadar) menafikan berbilangnya pencipta… sehingga umumnya mereka menafsirkan kalimat tauhid hanya sebatas tauhid rububiyah, yaitu tidak ada pencipta atau tidak ada yang bisa mencipta selain Allah l. Mayoritas mereka tidak mengenal tauhid uluhiyah.
Adapun Ahlus Sunnah meyakini bahwa tauhid ada tiga: tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma wa sifat.
Ahlus Sunnah meyakini bahwa tauhid adalah kewajiban pertama atas seorang hamba, terkhusus tauhid uluhiyah, karena untuk itulah manusia diciptakan. Allah l berfirman:
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariat: 56)

2. Dalam masalah iman
Asy’ariyah dalam masalah iman di atas mazhab Murji’ah Jahmiyah. Mereka menyatakan iman hanyalah tasdiq bilqalbi (pembenaran dengan hati).
Mereka menyatakan bahwa iman hanyalah membenarkan. Mereka tidak menyatakan amal termasuk dari iman dan tidak memvonis seseorang telah terjatuh dalam kekafiran dengan semata kesalahan amalan anggota badan.
Mereka pun akhirnya terjatuh dalam menakwilkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah n.
Adapun Ahlus Sunnah menyatakan bahwa iman adalah keyakinan dengan hati, ucapan dengan lisan, dan amalan dengan anggota badan, bisa bertambah dan berkurang. Iman bertambah dengan melaksanakan ketaatan dan berkurang dengan sebab perbuatan maksiat.

3. Dalam masalah asma wa sifat
Asy’ariyah memiliki kebid’ahan dengan menetapkan sifat ma’ani tujuh sifat saja. Dasar mereka dalam menetapkannya adalah akal. Tujuh sifat yang mereka tetapkan pun tidak bermakna seperti makna yang ditetapkan Ahlus Sunnah.
Kemudian ditambah oleh seorang tokoh mereka yakni as-Sanusi menjadi dua puluh. Mereka mengingkari sifat-sifat lainnya yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Mereka tidak menetapkan satu pun sifat fi’liyah bagi Allah l (seperti istiwa, nuzul, cinta, ridha, marah, dan lainnya).
Adapun Ahlus Sunnah wal Jamaah menetapkan semua nama Allah l dan sifat-sifat-Nya yang telah disebutkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah tanpa tahrif, takwil (penyelewengan), dan tamtsil (penyerupaan dengan makhluk).

4. Dalam masalah al-Qur’an
Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa al-Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk. Dalil-dalil tentang masalah ini sangatlah banyak. Allah l berfirman:
“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar kalam Allah (yakni al-Qur’an).” (at-Taubah: 6)
Rasulullah n bersabda:
“Adakah kaum yang mau membawa dan melindungiku, karena sesungguhnya Quraisy telah mencegahku untuk menyampaikan kalam Rabbku (al-Qur’an).”
Dalam masalah inilah para ulama Ahlus Sunnah dizalimi. Al-Imam Ahmad dan para ulama Ahlus Sunnah lainnya mendapatkan cobaan yang dahsyat.
Orang-orang Mu’tazilah berhasil menghasut penguasa ketika itu sehingga menjadikan paham Mu’tazilah sebagai akidah resmi dan memaksa semua orang untuk mempunyai keyakinan ini.
Berapa banyak para ulama Ahlus Sunnah meninggal dalam mempertahankan akidah Ahlus Sunnah dan sebagian lainnya terzalimi (di antaranya dengan dipenjara).
Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa semua yang tertulis dalam mushaf, dihafal di dada adalah al-Qur’an. Ahlus Sunnah meyakini bahwa kalamullah adalah dengan huruf dan suara, dapat didengar dan dapat dimengerti.
Al-Imam Ahmad t berkata, “Al-Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk. Jangan engkau lemah untuk mengatakan, ‘Bukan makhluk.’ Sesungguhnya kalamullah itu bukanlah sesuatu yang terpisah dari Dzat Allah l, dan sesuatu yang berasal dari Dzatnya itu bukanlah makhluk. Jauhilah berdebat dengan orang yang hina dalam masalah ini dan golongan lafzhiyah (ahlul bid’ah yang mengatakan, ‘Lafadzku ketika membaca al-Qur’an adalah makhluk’) dan lainnya atau dengan orang yang tawaquf (abstain) dalam masalah ini yang berkata, ‘Aku tidak tahu al-Qur’an itu makhluk atau bukan makhluk, tetapi yang jelas al-Qur’an itu adalah kalamullah’. Orang ini (yang tawaquf) adalah ahlul bid’ah sebagaimana halnya orang yang mengatakan bahwa al-Qur’an adalah makhluk. Ketahuilah, (keyakinan Ahlus Sunnah adalah) al-Qur’an adalah kalamullah, bukan makhluk.” (Lihat Ushulus Sunnah)
Mu’tazilah telah sesat dalam masalah ini dan lainnya. Kesesatan Mu’tazilah karena mereka menyatakan al-Qur’an adalah makhluk bukan kalamullah.
Adapun penyimpangan Asy’ariyah karena mereka mencocoki Ahlus Sunnah dari satu sisi dan menyepakati Mu’tazilah dari sisi lainnya.
Kaum Asy’ariyah berkata, “Al-Qur’an maknanya adalah kalamullah, adapun lafadznya adalah hikayat (ungkapan) dari kalamullah, artinya lafadz al-Qur’an, menurut mereka, adalah makhluk.”
Hal ini karena dalam pandangan Mu’tazilah, Allah l tidak berbicara, dan dalam pandangan Asy’ariyah Allah l berbicara tapi hanya dalam jiwanya, tidak terdengar.
5. Dalam masalah takdir
Mereka jabriyah dalam masalah takdir, hanya menetapkan iradah (kehendak) kauniyah dan tidak menetapkan iradah syar’iyah. Menurut mereka, seorang hamba tidak memiliki qudrah (kuasa), mereka hanya menetapkan kemampuan dan qudrah seorang hamba ketika berbuat saja, mereka menafikan adanya qudrah hamba sebelum berbuat.
Adapun Ahlus Sunnah menetapkan adanya iradah kauniyah dan syar’iyah, menetapkan masyiah dan qudrah bagi hamba.

6. Penyimpangan Asy’ariyah dalam masalah takwil/penyelewengan
Sebagai contoh, ar-Razi dan al-Amidy menakwilkan makna istiwa menjadi: menguasai, mengalahkan, serta pasti terjadinya takdir dan hukum ilahiyah. (Asasut Taqdis dan Ghayatul Maram)
Contoh lain, menakwilkan sifat wajah. Al-Baghdadi berkata, “Yang sahih menurut kami yang dimaksud wajah adalah dzat.” (Ushuluddin)
Disebutkan oleh Ibnu Taimiyah bahwa takwil yang ada di tengah-tengah manusia seperti takwil yang disebutkan oleh Ibnu Faurak dalam kitab Takwil, Muhammad bin Umar ar-Razi dalam kitabnya Ta’sisut Taqdis, juga ada pada Abul Wafa Ibnu Aqil dan Abu Hamid al-Ghazali, takwil-takwil tersebut adalah takwil yang bersumber dari Bisyr al-Marisi, seorang tokoh Mu’tazilah. (Lihat Majmu Fatawa: 5/23)

7. Penyimpangan Asy’ariyah dalam masalah illat (sebab/hikmah) dalam perbuatan Allah l
Mereka tidak menetapkan ‘ilat (sebab) dan hikmah bagi perbuatan Allah l.
Adapun Ahlus Sunnah menyatakan semua yang Allah l lakukan mengandung hikmah yang sangat tinggi.

8. Orang-orang Asy’ariyah setelah masa Abul Ma’ali al-Juwaini mengingkari bahwa Allah l di atas makhluk-Nya.

9. Mereka memperluas permasalahan karamah hingga menyatakan bahwa mukjizat para nabi mungkin saja terjadi atas para wali.

10. Menetapkan Allah l dilihat tanpa dari arah. Hingga akhir ucapan mereka mengingkari ru’yah (bahwa kaum mukminin akan melihat Allah l di akhirat)

11. Menyatakan akal tidak bisa menetapkan baik buruknya sesuatu.

12. Menyatakan tidak sah keislaman seseorang setelah mukallaf sampai ragu terlebih dahulu.
(Lihat Takidat Musallamat Salafiyah hlm. 35—36, dan Mauqif Ibnu Taimiyah minal Asya’irah

Tausyiah di depan para Thaghut

No comments:

inilah awalku mengenal tauhid

Dulu saya hanya beragama biasa saja, saya mengikuti apa yang dikatakan ustadz tanpa mempelajari lagi, saya hanya taqlid, bagi saya mereka para ustadz lebih mengetahui tentang apa yang di bicarakan, karena saya berprinsip mempelajari agama terlalu jauh bisa menyebabkan kemurtadan, kebaikan yang ada sama diri saya adalah suka membaca yang itu awal mulai mengenal tauhid.

hari yang saya lalui seperti kebanyakan islam keturunan, tanpa shalat dan alquran, saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk kuliah dan bermain musik, mengikuti kebanyakan pemuda yakni ngeband dan perempuan, di samping itu saya juga mempelajari seluk beluk internet dan komputer, tapi semua kesibukan yang saya lalui tidak lebih dari khayalan belaka, dan bersifat semu, kebahagiaan sesaat, sifat sombong dan angkuh sangat menguasai diri saya, dan alhamdulillah saya sedikit demi sedikit mulai melakukan perubahan diri seperti shalat 5 waktu tapi kebiasaan lama tidak saya tinggalkan, walaupun shalat 5 waktu telah saya jalankan tapi saya terjerembab ke liang judi, dimana waktu saya habiskan untuk berjudi online untuk mendapatkan uang, tapi hari demi hari bukan uang yang saya dapatkan tapi hutang yang menumpuk, hingga saya harus gali lobang tutip lobang dan menipu, disitu saya berpikir untuk meninggalkannya walau sangat susah rasanya karena kecanduan, hingga Alhamdulillah saya mulai berlepas diri 100% dari judi.

kesukaan saya terhadap musik masih belum hilang karena itu sudah menjadi kebutuhan bahkan saya pernah berfikir saya tidak bisa hidup tanpa musik dan nyayian, saya juga memproduksi beberapa lagu sendiri, tapi kecintaan pada agama sudah mulai tumbuh dan berkembang wlau tidak terlalu signifikan, yang saya tahu waktu itu orang yang mengerjakan shalat adalah orang yang dekat dengan Allah.

pecahnya peperangan di syam yang jadi headline di berbagai kabar dunia menjadi awal mulaku mengenal tauhid, peperangan terjadi di syam benar-benar menyedot perhatian ku, fitnah yang sangat besar hingga aku tidak tahu kemana aku harus berpihak, iran, damaskus, jabhah nusrah (sebelum ada is di syam), FSA dan lainnya
dulu aq melihat iran sebagai negara pelindung islam karena berani melawan amerika, juga milisi hizbullah yang menyerang israel, tapi disisi lain saya tidak kenal pemberontak FSA dan JN.
berbagai media menyerang Assad dan iran, saya berfikir itu hanya permainan media.

seiring waktu rilisan video di syam keluar kepermukaan dimana mereka assad dan iran menyiksa rakyat suriah, dan klaim para milisi pendukung assad yang memujanya bagai tuhan, membuat saya melihat ada kesalahan aqidah pada pemerintahan assad dan iran, hingga akhirnya saya menyelidiki siapa iran dan assad, dan siapa FSA dan JN hingga akhirnya saya mengetahui bahwa mereka assad dan iran adalah syiah imamiyah dan nusyairiyah, saya juga membaca sejarah panjang syiah di kitab parq ulama salaf, disamping seruan jihad telah diserukan oleh ulama saudi maka jelaslah perang di syam antara haq dan batil.

peperangan syam membuat efek yang sangat besar di kehidupan saya, saya mulai keinginan berjihad di syam tapi ketiadaan biaya mbuat saya harus tetap di sini, di samping itu kecintaan kepada agama tumbuh pesat, saya berpikir hanya orang terbaik yang bisa berhijrah dan jihad, saya mulai membaca kitab alquran dan terjemahan, hadits sahih bukhari muslim, kitab tauhid dan kita tafsir serta kitab karangan syekhul islam, dan disitu saya menyadari bahwa saya tidak tahu apa-apa tentang agama islam, saya tidak pernah mendengar apa yang saya baca sekarang, oh rupanya seperti ini, oh jadi seperti ini.

deklarasi khilafah di syam makin membuat semangat ikut terbang tinggi hingga air mata tidak dapat tertahan lagi, saya benar-benar menangis, hingga terpaan fitnah menghampiri khilafah baru tersebut.

sebelum dklarasi khilafah ini saya pernah termakan propaganda media yang mengatakan bahwa mereka khawarij tapi alhamdulillah Allah menyelamatkankubdan memberiku petunjuk, hingga akhirnya aku berbaiat, didalam negeri isu untuk meruntuhkan khilafah pun berhembus yakni wahhabi.

isu Wahabbi yang berhembus di negeri sendiri tidak membuatku goyah atas fitnah-fitnah yang menerpa syekh muhammad ibnu abdul wahhab dan syekhul islam ibnu taymiyah bahkan karena ingin menyelidiki siapa kedua syekh islam tersebut saya membaca kitab-kitab mereka untuk mencari tahu dimana letak kesalahannya, tapi yang ada saya semakin menganggumi mereka rahimullah, dan saya mulai membandingkan antara mereka para ulama atau ustad penuduh dengan cara mengikuti pengajian mereka, saya mulai bertanya ini dan itu hingga tampak lah keanehan  pada mereka, yakni ketika menjawab pertanyaan seputar agama mereka tidak menjawab dengan nash dan hadits tapi melalui pendapat mereka sendiri padahal nash dan hadits berbeda dengan pendapat mereka dan saya akhirnya berlepas diri dari ulama atau ustad setempat yang mengaku ahlus sunnah, padahal ahlul bid'ah berpaham aqidah Asy'ariyah

kitab Alquran terjemahan, hadits sahih bukhari muslim, kitab hadits 4 sunan, tafsir ibnu katsir, aqidah imam 4, kitab tauhid muhammad ibnu abdul wahhab, kitab syekhul islam, kitab ibnu qayyim, kitab ibnu katsir, sperti ringkasan albidaya wan niwayah, albidayah wan ninwayah bab khulafaur rasyidin menjadi pegangan dan penopang ku dalam tauhid dan jihad, juga kitab karya Abu muhammad almaqdisi yang menyorot tentang demokrasi membuat ku semakinemgetahui kekufuran demokrasi, yang kebnyakan ulama di indonesia dan aceh hanya mengurusi fiqih tanpa memperdulikan hal yang baru yang menyerang umat.

dan Alhamdulillah kecintaan ku dan keyakinan ku pada tauhid dan daulah islamiyah semakin menebal ketika melihat mereka kafir harbi, atau kafir thaghut murtad bersekutu melawan mereka yang menyeru tauhid, ketika Para BNPT menyewa lidah para pembelot agama dan MUI suu' untuk membungkam para penyeru tauhid, ketika itu pula saya melihat kebenaran bagi siapa yang menentang mereka, walaupun disisi thaghut mempunyai ulama yang besar namanya dan punya santri ribuan, itu tidak mengubah pendirian ku karena kebenaran tidaklah dilihat dari banyaknya pengikut.

inilah kisah cerita singkat perjalanan ku menyambut tauhid, bagi masyarakat aceh kangan tertipu dengan fitnah wahabbi karena mereka adalah yang paling lurus, mereka lah islam seutuhnya,
coba lihat :
- mereka berperang sebagaimana rasul.
- mereka meratakan kuburan sebagaimana perintah rasul
- mereka kufur kepada thaghut (hukum selain Allah) di alquran ada di firmankan Allah coba cek.
- dan mereka mengerjakan sunnah bukan bid'ah, krna semua bid'ah sesat itu kata rasul, jika ada yang mengatakan ada bid'ah hasanah wlau yang mengatakan Imam besar maka tidak boleh di ambil.

wallahu alam

Abu islam Al muhajir

Negeri Ahlul Bid'ah

No comments:


Aceh sebuah negeri dimana Islam pernah berkibar dengan Lantang dan bergelora dimana umat islam bisa melakukan hukum alquran dan sunnah di tambah negeri yang kaya raya dengan segala jenis hasil Alamnya.
Tapi keindahan itu sudah berlalu dan zaman kegelapan menyelimuti negeri para Ulama dan syuhada ini sekarang negeri ini di hiasi dengan sekte sufisme dan demokrasi yunani dimana penyembahan kubur dan Hukum rakyat di terapkan, inilah masa terkelam dalam sejarah aceh.
dimana kebanyakan ulama mereka adalah murjiah dan kuburiyun yang beraqidah jahmiyah dan Asy'ariyah
dimana yang sunnah menjadi bid'ah dan yang bid'ah menjadi sunnah, dan hasil dari penyebaran paham yang salah dalam beragama menjadika masyarakat Aceh tidak mengenal makna jihad, tidak mengenal perang, tidak tahu ayat peperangan bahkan tidak tahu seruan para rasul yakni menjauhi thaghut, tidak adanya kewajiban membayar pajak walaupun mereka mengetahui pajak wajib, tidak tahu kewajiban shalat yang sangat penting.
mereka para ulama menyeru kepada demokrasi dengan berdiri di atas panggung - panggung demokrasi, sungguh pendiri kafir yunani dan amerika tersenyum saat ini melihat bahwa ideologi mereka berhasil mengalahkan ideologi islam itu sendiri di bumi islam, ketika ada yang mengatakan demokrasi adalah kekufuran mereka langsung mengatakan " itu Wahhabi", inilah mereka dengan keluguan dalam beragama atau kebodohan.
disisi peribadahan mereka tidak kufur kepada thaghut, mereka berpendapat bahwa seorang pemerintahan muslim akan tetap muslim sepanjang hatinya tidak kafir wlau mereka tunduk kepada hukum selain Allah, disisi lain mereka mengatakan bahwa siapa yang menghalalkan apa yang Allah haramkan itu murtad, tapi disisi lain mereka menjadi pembela pemerintahan ini padahal pemerintahan ini mengharamkan yang Allah halalkan dan sebaliknya.
mereka juga membolehkan peribadatan di kuburan, seperti bernazar, dan meminta berkah, dengan dalih
"kita tidak niat berniat untuk bernazar untuk kubur tapi untuk Allah"
jika itu jawaban mereka maka tanyakan
" kenapa harus di kubur ulama ini, kenapa tidak di pohon besar atau tempat lainnya, kan kalian tidak berniat untuk kubur kan"
mereka juga meninggikan kuburan para ulama dan para raja dan menghiasinya dengan kemegahan
bahkan mereka meninggikan kuburan si murtad Hamzah Fansuri dan menamainya dengan nama Ulama, padahal syekh ar raniri telah memvonis sesat kepada hamzah fansuri.
inilah negeri ahlul bid'ah dimana Allah telah menghinakan negeri ini, dengan dicabutnya ketakutan di dada orang kafir terhadap negeri ini
dimana kemiskinan dan maksiat merajalela dengan mengangkat budak barat "malik mahmud, zaini abdullah (yang selama ini mengekor uni eropa)" menjadi pemimpin, hanya karena mencari muka pemerintah kafir pancasil dia mengembalikan uang rakyat Aceh 2 Triliun ke pada jakarta.
untuk rakyat aceh kembali lah kejalan Allah, itulah puncak kemuliaan kita, bukan pada Mou, bendera bulan bintang atau pancasila kita bisa meraih kemuliaan tapi dengan Alquran dan sunnah rasulullah, lemparkan pemahaman murjiah ke tempat sampah dan buang nasionalisme kebangsaan ke jurang, inilah islam Alquran dan sunnah bukan yang Lainnya.

Abu Islam Al Muhajir

Saturday, February 6, 2016

Emperor Of Musyrikin

No comments:

Dari Abu Sa‘id Al Khudri, ia berkata:
“Rasululah bersabda: ‘Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.’ Mereka (para sahabat) bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan Nasrani?’ Sabda beliau: “Siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. ” [Al Baqarah 120]


Emperor Of Musyrikun
(Kerajaan Musyrikin)

singgasana Kekafiran yakni United Nation (PBB), yakni singgasana yang penuh tipu daya dan kekafiran yang sangat kafir, di bawah mereka berlakunya Hukum international yang semuanya harus patuh pada hukum tersebut, di bawah kendalinya pula muslim di perangi dan di jarah harta kekayaannya, di bawah kendalinya pula, bantuan di alirkan untuk menutupi kejahatannya dan di bawah kendalinya pula perang melawan teror (islam) di serukan.

5 pemilik hak veto PBB adalah kafir harby menurut hukum islam :
Amerika, Inggris, Cina, Rusia dan German, dan sang maestro belakang layar yakni Zionis Yahudi.
mereka benar-benar mengendalikan dunia dan mengontrol antek-antek Thaghut di negeri islam yang mengaku muslim, karena semua pemerintah negara yang penduduknya mayoritas muslim adalah kafir murtad, karena mereka bahu membahu memerangi mislimin dengan dalih melawan teror, berloyal kepada orang kafir, meniadakan hukum Allah dan berkasih sayang terhadap orang kafir.
PBB ini juga berhasil membeli orang orang yang berilmu dlam agama islam, mereka memperkerjakan ulama suu, dengan cara berfatwa untuk mereka, memfatwakan demokrasi, liberal, sosialis dengan mengatakan ini hnya sebuah sistem dan muslim harus bersama-sama untuk menerimanya, dan ini juga berhasil, lihatlah dimana demokrasi tumbuh subur di negeri kaum muslimin, naudzubillah.
tapi Alhamdulillah perang syam mengubah semuanya, di tambah deklarasi khilafah di atas manhaj kenabian, membuka kedok barat dan PBB, membuka aib ulama suu, dimana umat islam kembali terjaga setelah lama tertidur, dimana mereka berlari setelah lama terduduk. mereka membuat makar tapi Allah sebaik-baik pembuat makar. 

Abu Islam al muhajir

Sembahlah Allah saja Dan Jauhilah Thaghut

No comments:





 

ولقد بعثنا فيكل أمة رسولا أن اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت فمنهم من هدى الله ومنهم من حقت عليه الضلالة فسيروا في الأرض فانظروا كيف كان عاقبة المكذبين                                           

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):   “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”,  maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah  dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi  dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS An-Nakhl ayat36

KANDUNGAN AYAT

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, Misi para Rasul adalah misi Tauhid, sebagaimana yang dijelaskan oleh Muhammad Al-Amin bin Muhammad Al-Mukhtar dalam tafsirnya[1]. Beliauberkata bahwa misi Tauhid ini dalam Al-Qur’an disebut dengan jalan yang umum maupun khusus. Diantara ayat yangdatang secara umum adalah seperti dalam QS Al-Anbiya ayat 25 dan QS Az-Zukhruf ayat 45
:
وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحي إليه أنهلا إله إلا أنا فاعبدون

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.
 
( QS Al-Anbiya ayat 25)
واسأل من أرسلنامن قبلك من رسلنا أجعلنا من دون الرحمن آلهة يعبدون
Artinya:“Dan tanyakanlah kepada rasul-rasulKami yang telah Kami utus sebelum kamu: “Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?”(QS Az-Zukhruf ayat 45)
Adapun ayat-ayat yang datang secara khusus yaitu dengan merinci nama pararasul diantaranya Nabi Nuh AS yang menyeru kaumnya:“Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya”(QS Al-A’raf ayat 59),
Nabi Hud AS yang menyeru kaumnya:“Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimuselain-Nya…”(QS Al-A’raf ayat 65),
Nabi Shaleh AS yang menyeru kaumnya:“Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimuselain-Nya. ..”(QS Al-A’raf ayat 73),
Nabi Syuaib AS yang menyeru kaumnya:“Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimuselain-Nya. ..”(QS Al-A’raf ayat 85).

Inilah satu misi para Rasul yaitu Tauhid, mengajak ummatnya untuk beribadah kepada Allah SWT dan dalam waktu yang bersamaan mengajak ummatnya untuk menjauhi Thaguth.Tidak sah iman-nya kepada Allah jika tidak dibarengi dengan kufur kepada Thaguth , dan tidak sah ibadahnya kepada Allah kecuali sekaligus dengan menghindari pengabdian kepada Thaguth, sebagaimana firman Allah SWT:

فمن يكفر بالطاغوت ويؤمن بالله فقد استمسك بالعروة الوثقىلا انفصام لها
Artinya; “… Karenaitu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. ..”(QS Al-Baqarah ayat 256).
والذين اجتنبوا الطاغوت أن يعبدوها وأنابوا إلى الله لهم البشرى فبشر عباد
Artinya:“Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itusampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku,”(QS Az-Zumar ayat 17).

Thaguth secara bahasa sebagaimana yang diungkapkanoleh Ibnu Taimiyyah: “Thaghut adalahwazan fa’alutdarithughyan, sedangkan thugyan itu adalahmelampaui batas, yaitu kedzaliman dan aniaya”
Dalam Kitab Majmu’atut Tauhid disebutkan bahwaThaguth itu adalahsegala yang dilampaui batasnya oleh si hamba, baik itu yang diibadati ataupun yang diikuti ataupun yang ditaati selain ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.Dan Thaguth itu banyak, diantara pemimpinnya ada 5:

(1) Syetan yang mengajak Ibadah kepada selain Allah (QS Yasin ayat 60)
(2) Pemerintah Dzalim yang mengubah-ubah hukum Allah (QS An-Nisa ayat 60).
(3) Hakim yang Yang menghukumi bukan dengan hukum Allah (QS Al-maidah ayat 44).
(4) Orang yang mengaku mengetahui hal yang ghaib (QS Al-Jin ayat 26-27).
(5) Orang yang disembah dan ia Ridha (QS Al-Anbiya ayat 29)

Semuanya Rasul membawa misi “Ani’budullah Wajtanibuth Thaguth”(Sembahlah Allah dan Jauhi Thaguth). Artinya seluruh Rasul menyeru (berdakwah) ditengah bangsanya agar mengimani Allah dan menjauhi thaguth. Al-Qur’an kemudian mempersonifikasi Thaguth dengan penguasa yang menata kekuasaannya dengan hukum Jahiliyyah. Seperti Nabi Musa AS yang oleh Allah SWT diperintah agar menghadapi Fir’aun (Raja Mesir), yang oleh Allah SWT dipersonifikasi sebagai Thaguth (lihat QS Thoha ayat 24) pada masa itu. Tentu pada masa Nabi Ibrahim Thaguthnya adalah Raja Namrudz, pada masa Ashabul kahfi Thaguth-nyaadalah Raja Dikyanus, Pada Masa Thaluth adalah Raja Jalut, Pada masa Nabi Muhammad Thaguthya adalah Pemerintahan Hijaz Pimpinan Abu Lahab. Pada masa kini ?, 
Yang jelas Thaguth adalah kekuasaan atau pemerintahan yang menata sistemnya dengantatanan hukum Jahiliyyah (lihat QS Al-Maidah ayat50), karena Thaguth adalah pembuat dan penetap aturan / hukum diluar hukum Allah SWT (QS An-Nisa ayat 60).

Disini nampak pula bahwa Thaguth (Pemerintahan Jahiliyyah) adalah sistem kekuasaan tiranik yang dzalimdan menentang keras berlakunya syari’at Islam juga menghalang-halangi manusia untuk melakukan peribadatan yang murni kepada Allah SWT.

Oleh karena itu para Rasul adalah para pemimpin revolusioner yang juga ditugaskan oleh Allah untuk mendzahirkan Dinul Islam dan menghancurkan Din Bathil

Abu Islam Al Muhajir
 
back to top