Monday, July 18, 2016

Sepenggal Kisah kesamaan Ashabul Kahfi dan Muhajrin daulah islam

No comments:

                           ANTARA ASHABUL KAHFI DAN PEMUDA DAULAH ISLAM



“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu [Muhammad] dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; (QS. 18:13) dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: ‘Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Ilah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran. (QS. 18:14) Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai ilah-ilah [untuk disembah]. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang [tentang kepercayaan mereka]? Siapakah yang lebih dhalim daripada orang-orang yang mengada-ada kebohongan terhadap Allah? (QS. 18:15) Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Rabbmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu
yang berguna bagimu dalam urusanmu. (QS. 18:16)” (al-Kahfi: 13-16)



Dari sini Allah mengawali penuturan sekaligus penjelasan tentang kisah Ash-haabul Kahfi di atas. Dia menceritakan bahwa mereka adalah golongan anak-anak muda. Mereka mau menerima kebenaran dan lebih lurus jalannya daripada generasi tua yang terjerumus dan tenggelam dalam agama yang bathil. Oleh karena itu, kebanyakan orang-orang yang memenuhi seruan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya adalah kaum muda. Sedangkan generasi tua dari kalangan kaum mereka secara umum lebih memilih untuk tetap memeluk agama mereka dan tidak ada dari mereka yang memeluk Islam melainkan hanya sedikit saja.
Demikianlah yang diceritakan Allah i tentang Ash-haabul Kahfi, di mana mereka adalah kaum muda yang sebelumnya mereka mengenakan anting-anting, Lalu mereka diberikan bimbingan oleh Allah Ta’ala dan karunia ketakwaan sehingga mereka beriman kepada Rabb mereka. Dengan kata lain, mereka mau mengakui keesaan-Nya dan bersaksi bahwasanya tidak ada Rabb selain Dia.

Firman Allah Ta’ala: wa rabathnaa ‘alaa quluubiHim idz qaamuu faqaaluu rabbunaa rabbus samaawaati wal ardli (“Dan Kami telah meneguhkan Kati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka berkata: ‘Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi.’”) Allah berfirman: Kami jadikan mereka bersabar atas tindakannya menentang kaum mereka sendiri, meninggalkan kampung halaman mereka dan kehidupan yang enak, kebahagiaan, dan kenikmatan.

dalam tafsir al hafiz ibnu katsir
mereka para pemuda ini adalah pertamanya tidak mengenal satu sama lain, mereka adalah pada mulanya mengikuti bapak-bapak mereka ke tempat pesta besar yang di buat raja dekianus sesampainya mereka di situ mereka melihat bawa raja memerintahkan untuk menyembah dan berkurban untuk berhala, tapi melihat sesuatu yang seperti itu mereka melarikan diri dari kaumnya, salah satu pemuda beristirahat di satu buah pohon dan lama kelamaan datang pemuda pemuda lainnya yang pada dasarnya mereka tidak mengenal satu sama lain

Banyak ahli tafsir dari kalangan ulama Salaf dan Khalaf yang menyebutkan bahwa mereka terdiri dari anak-anak para raja Romawi dan orang-orang terhormat mereka. Dan yang menyatukan mereka adalah iman. Sebagaimana yang ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dari hadits Yahya bin Sa’id dari `Umrah dari `Aisyah ra, ia bercerita, Rasulullah saw bersabda:
“Arwah merupakan tentara yang sudah dipersiapkan. Yang saling berkenalan akan bersatu dan yang saling mengingkari akan saling menjauh.”
Dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya, Shahih Muslim. Mereka (Ash-haabul Kahfi) sepakat dalam satu kalimat sehingga mereka menjadi satu tangan yang saling membantu dan bersudara dalam kejujuran

disaat yang seperti itu mereka berkumpul masing-masing menutup diri mereka karena mereka takut akan sesamanya apakah teman yang di sampingnya se aqidah atau tidak

hingga akhirnya salah satu dari mereka mengutarakan isi hatinya

"saya telah melihat kaum ku melakukan kebatilan dan penyekutuan terhadap Allah, sesungguhnya yang berhak di sembah adalah Allah "

maka teman teman mereka yang lain berpikir pikiran yang sama dan mengutarakan isi hatinya, sejak itu mereka berjanji untuk senasib dan sepenanggungan

Lalu mereka membangun satu tempat ibadah yang di dalamnya mereka menyembah Allah hingga akhirnya mereka diketahui oleh kaum mereka. Kemudian mereka dilaporkan kepada raja mereka, sehingga sang raja memanggil mereka untuk datang menghadap kepadanya. Lalu ia bertanya tentang masalah dan kegiatan mereka, maka mereka pun menjawabnya dengan benar dan bahkan mengajak raja itu untuk menyembah Allah. Oleh karena itu, Allah Ta’ala menceritakan mereka melalui firman-Nya:

wa rabathnaa ‘alaa quluubiHim idz qaamuu faqaaluu rabbunaa rabbus samaawaati wal ardli lan nad’uwaa min duuniHii ilaaHan 
(“Dan Kami telah meneguhkan Kati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka berkata: ‘Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-sekali tidak menyeru ilah selain Dia.’”)
Kata “Ian” adalah untuk memberikan tekanan. Dengan kata lain:
“Kami tidak akan menyeru kepada selain Allah untuk selamanya, karena seandainya kami melakukan hal itu, maka yang demikian itu merupakan suatu kebathilan



Dikatakan, bahwa ketika mereka menyeru raja mereka untuk beriman kepada Allah, maka raja itu menolak seruan tersebut, bahkan mengancam mereka dan menyuruh melepas pakaian yang mereka kenakan, yang padanya terdapat hiasan kaumnya. Dan kemudian ia memberikan waktu kepada mereka supaya mereka berfikir, mudah-mudahan mereka akan meninggalkan agama yang dianutnya tersebut.

Yang demikian itu merupakan salah satu bentuk kelembutan Allah kepada mereka. Di mana pada masa penangguhan itu, mereka berhasil melarikan diri dengan mempertahankan agama yang dianutnya dari fitnah. Demikianlah yang disyari’atkan ketika terjadi berbagai macam fitnah di tengah-tengah umat manusia. Pada saat itu, dianjurkan kepada seorang hamba agar melarikan diri karena takut akan akibat yang menimpa agama yang dianutnya.
 Sebagaimana yang ditegaskan dalam sebuah hadits, di mana Rasulullah bersabda:

“Sebaik-baik harta orang Islam adalah kambing yang mau mengikutinya ke puncak gunung dan tempat turun hujan, di mana ia melarikan agamanya dari fitnah.”
Dalam keadaan seperti ini, disyari’atkan untuk ber’uzlah (mengasingkan diri) dari orang-orang, dan tidak disyari’atkan ber’uzlah selain dalam keadaan tersebut, karena hal itu berakibat pada ditinggalkannya jama’ah (jama’ah shalat) dan jama’ah kaum muslimin.


 Itula se Ibrah riwayat Ashabul Kahfi yang terlihat berulang di era INI

dimana mereka para penguasa dekianus baru memerintahkan sujud dan taat pada berhala undang-undang baru, dimana kebanyakan para ulama suu yang menghafal ribuan hadits malah mengaminkan penguasa tersebut, maka muncullah ribuan para pemuda dari penjuru bumi mengasingkan diri dari kaum dan sanak keluarganya, yang mengingikan tauhid yang bersih, mereka menyatu walau tidak saling mengenal, mereka juga sering menyembunyikan aqidah mereka di antara kaumnya karena takut akan di tangkap dan disiksa

 Rasulullah saw bersabda:
“Arwah merupakan tentara yang sudah dipersiapkan. Yang saling berkenalan akan bersatu dan yang saling mengingkari akan saling menjauh.”

Dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya, Shahih Muslim. Mereka (Ash-haabul Kahfi) sepakat dalam satu kalimat sehingga mereka menjadi satu tangan yang saling membantu dan bersudara dalam kejujuran

Inilah tauhid inilah jalan islam

ABU ISLAM AL MUHAJIR






No comments:

Post a Comment

 
back to top